Dikisahkan
hiduplah seorang penyihir jahat di dalam wilayah kerajaan yang kaya
raya. Sang penyihir begitu terobsesi untuk merebut kekuasaan dan
menyingkirkan raja dan permaisurinya yang begitu dicintai rakyatnya.
Untuk mewujudkan usahanya itu, ia meramu sebuah ramuan khusus yang mampu
membuat siapa saja yang menghirupnya, menjadi hilang ingatan dan berkelakuan gila.
Di
seluruh penjuru negeri ramuan ditebar dan ditaburkan. Dan dalam waktu
singkat, seluruh penduduk di kerajaan itu menjadi kehilangan kewarasan.
Perilaku gila melanda di mana-mana. Hanya raja, permaisuri, dan beberapa
punggawa setia saja yang masih memiliki kewarasan sejati. Tapi justru
di sinilah letak ironi. Ketika semua orang telah menjadi gila, yang
waras justru muncul dan nampak sebagai manusia paling gila. Rakyat pun
berduyun-duyun menuntut raja dan permaisuri harus turun dari singgasana.
Mereka dianggap tak sama dengan rakyat.
Penyihir jahat terkekeh
ria. Tapi raja tak mau kehilangan singgasananya. Ia mengetahui rahasia
ramuan sang penyihir. Dan sang raja berkata pada permaisuri, “Kita harus
menjadi bagian dari mereka, jika tidak ingin tertimpa bencana.” Maka
keduanya menghirup ramuan, dan dalam sekejap hilang kewarasan. Rakyat
senang, menyambut kembali raja mereka yang telah lama hilang dalam
kewarasannya. Dan seluruh negeri, kini telah gila. Kegilaan yang mereka
anggap sebagai kewarasan.
Kini tinggal penyihir yang
bersedih, karena rencananya gagal. Dan ia menjadi satu-satunya orang
yang waras. Tapi ia juga menjadi satu-satunya orang waras yang jahat!
-=l00l=-
Dipaksa gila.
Semua harus menjadi gila.
Jangan-jangan kita juga sedang menuju fenomena yang sama.
Negeri
kita menjadi negeri yang gila. Rakyatnya juga memiliki kecenderungan
yang sama. Lalu para pemimpinnya dengan sengaja menghilangkan kewarasan
agar tetap berkuasa. Jika memang demikian, seharusnya ada penyihir di
luar sana yang menghendaki segala kegilaan ini. Apakah ada penyihir itu?
Siapa?
Jangan-jangan, kita tak perlu seorang penyihir untuk menjadi gila?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar