WELCOME


WELCOME TO MY BLOG KAWASAN ANAK RANTAU BENGKULU ASLI (ARABEAS)ARABEAS.BLOGSPOT.CO.ID &(ADIZAHARA.COM CINTA YANG INDAH ADALAH CINTA YANG MENGUTAMAKAN KESADARAN UNTUK SALING MENJAGA SATU SAMA LAIN

ARABEAS.BLOGSPOT.CO.ID

Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by arabeas.blogspot.co.id

THAKS ALL



JANGAN LUPA FOLLOW MY BLOG ADIZAHARA.COM UNTUK SELALU MENDAPATKAN UPDATE TIPS DAN TRIK TERBARUTERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG DI BLOG INI

Senin, 14 Desember 2015

SULTAN YANG MENJADI ORANG BUANGAN

Dikisahkan seorang Sultan Mesir konon mengumpulkan orang-orang terpelajar, dan seperti  biasanya--timbullah  pertengkaran. Pokok masalahnya adalah Mikraj Nabi Muhammad. Dikatakan,pada kesempatan tersebut Nabi diambil dari tempat  tidurnya, dibawa  ke  langit. Selama waktu itu ia menyaksikan sorga neraka, berbicara dengan Tuhan Sembilan puluh ribu kali, mengalami   pelbagai   kejadian  lain--dan  dikembalikan  ke kamarnya sementara tempat tidurnya masih hangat.  Kendi  air yang terguling karena tersentuh Nabi waktu berangkat, airnya masih belum habis ketika Nabi turun kembali.

Beberapa orang berpendapat bahwa hal itu benar, sebab ukuran waktu disini dan di sana berbeda. Namun Sultan menganggapnya tidak masuk akal.

Para ulama cendikia itu semuanya mengatakan bahwa segala hal bisa  saja  terjadi  karena  kehendak  Tuhan.  Hal itu tidak memuaskan raja.

Berita perbedaan pendapat itu akhirnya  didengar  oleh  Sufi Syeh  Shahabuddin,  yang  segera saja menghadap raja. Sultan menunjukkan kerendahan hati terhadap sang guru yang berkata,
"Saya bermaksud   segera saja   mengadakan  pembuktian. Ketahuilah bahwa kedua tafsiran itu keliru, dan bahwa ada faktor-faktor yang bisa ditunjukkan, yang menjelaskan cerita itu tanpa harus mendasarkan pada perkiraan ngawur atau akal, yang dangkal dan terbatas."

Di  ruang  pertemuan  itu  terdapat empat jendela. Sang Syeh memerintahkan agar yang sebuah dibuka. Sultan melihat keluar melalui  jendela  itu. Di pegunungan nunjauh disana terlihat olehnya sejumlah besar perajurit menyerang,  bagaikan  semut banyaknya, menuju ke istana. Sang Sultan sangat ketakutan.

"Lupakan saja, tak ada apa-apa," kata Syeh itu.

Ia menutup jendela itu lalu membukanya kembali. Kali ini tak ada seorang perajurit pun yang tampak.

Ketika ia membuka jendela  yang  lain,  kota  yang  di  luar tampak terbakar. Sultan berteriak ketakutan.

"Jangan  bingung,  Sultan;  tak ada apa-apa," kata Syeh itu.

Ketika pintu itu ditutup lalu dibuka kembali,  tak  ada  api sama sekali.

Ketika   jendela   ketiga   dibuka,  terlihat  banjir  besar mendekati istana. Kemudian ternyata lagi  bahwa  banjir  itu tak ada.

Jendela keempat dibuka, dan yang tampak bukan padang pasir seperti biasanya, tetapi sebuah taman firdaus. Dan setelah jendela tertutup lagi, lalu dibuka, pemandangan itu tak ada.

Kemudian  Syeh  meminta  seember  air,  dan  meminta  Sultan memasukkan kepalanya dalam air sesaat  saja  Segera  setelah Sultan melakukan itu, ia merasa berada di sebuah pantai yang sepi, di tempat yang  sama  sekali  tak  dikenalnya,  karena kekuatan  gaib  Syeh  itu.  Sultan  marah  sekali  dan ingin membalas dendam.

Segera saja Sultan bertemu dengan  beberapa  orang  penebang kayu yang menanyakan siapa dirinya. Karena sulit menjelaskan siapa dia sebenarnya, Sultan mengatakan bahwa  ia  terdampar di  pantai  itu  karena  kapalnya  pecah.  Mereka memberinya pakaian, dan iapun berjalan ke sebuah kota. Di kota itu  ada seorang   tukang   besi  yang  melihatnya  gelandangan,  dan bertanya siapa dia  sebenarnya.  Sultan  menjawab  bahwa  ia seorang  pedagang  yang  terdampar, hidupnya tergantung pada kebaikan hati penebang kayu, dan tanpa mata pencarian.

Orang  itu  kemudian  menjelaskan  tentang  kebiasaan   kota tersebut.  Semua  pendatang  baru boleh meminang wanita yang pertama ditemuinya, meninggalkan tempat  mandi,  dan  dengan syarat  si  wanita itu harus menerimanya. Sultan itupun lalu pergi ke tempat mandi umum, dan di  lihatnya  seorang  gadis cantik  keluar  dari  tempat  itu. Ia bertanya apa gadis itu sudah kawin: ternyata sudah. Jadi ia harus  menanyakan  yang berikutnya,  yang wajahnya sangat buruk. Dan yang berikutnya lagi. Yang ke empat sungguh-sungguh molek. Katanya ia  belum kawin,  tetapi  ditolaknya  Sultan  karena tubuh dan bajunya yang tak karuan.

Tiba-tiba ada seorang lelaki berdiri didepan Sultan katanya,
"Aku  disuruh  ke mari menjemput seorang yang kusut di sini. Ayo, ikut aku."

Sultanpun mengikuti pelayan itu, dan dibawa  kesebuah  rumah yang  sangat  indah.  Ia  pun duduk di salah satu ruangannya yan  megah berjam-jam lamanya. Akhirnya empat wanita  cantik dan berpakaian indah-indah masuk, mengantarkan wanita kelima yang lebih cantik lagi. Sultan mengenal wanita  itu  sebagai wanita terakhir yang ditemuinya di rumah mandi umum tadi.

Wanita itu memberinya selamat datang dan mengatakan bahwa ia telah bergegas pulang untuk  menyiapkan  kedatangannya,  dan bahwa  penolakannya  tadi  itu  sebenarnya sekedar merupakan basa-basi saja, yang dilakukan oleh  setiap  wanita  apabila berada di jalan.

Kemudian  menyusul  makanan  yang  lezat.  Jubah yang sangat indah disiapkan untuk  Sultan,  dan  musik  yang  merdu  pun diperdengarkan.

Sultan  tinggal  selama  tujuh  tahun  bersama istrinya itu: sampai  ia  menghambur-hamburkan  habis  warisan   istrinya. Kemudian  wanita  itu  mengatakan  bahwa kini Sultanlah yang harus menanggung hidup keduanya bersama ketujuh anaknya.

Ingat pada sahabatnya yang pertama di kota itu,  Sultan  pun kembali  menemui  tukang  besi untuk meminta nasehat. Karena Sultan tidak memiliki kemampuan  apapun  untuk  bekerja,  ia disarankan pergi ke pasar menjadi kuli.

Dalam sehari, meskipun ia telah mengangkat beban yang sangat berat, ia hanya bisa mendapatkan sepersepuluh dari uang yang dibutuhkannya untuk menghidupi keluarganya.

Hari  berikutnya  Sultan  pergi  ke pantai, dan ia sampai di tempat pertama kali dulu ia muncul di sini, tujuh tahun yang lalu.  Ia pun memutuskan untuk sembahyang, dan mengambil air wudhu: dan pada saat itu pula mendadak ia berada kembali di istananya,  bersama-sama dengan Syeh itu dan segenap pegawai keratonnya.

"Tujuh tahun dalam  pengasingan,  hai  orang  jahat"  teriak Sultan. "Tujuh tahun, menghidupi keluarga, dan harus menjadi kuli: Apakah kau tidak takut kepada Tuhan, Sang Maha  Kuasa, hingga berani melakukan hal itu terhadapku?"

"Tetapi kejadian itu hanya sesaat," kata guru Sufi tersebut,
"yakin waktu Baginda mencelupkan wajah ke air itu."

Para pegawai keraton membenarkan hal itu. Sultan sama sekali tidak bisa mempercayai  sepatah  katapun. Ia  segera  saja  memerintahkan  memenggal  kepala Syeh itu. Karena  merasa  bahwa  hal  itu  akan  terjadi?   Syeh   pun menunjukkan  kemampuannya  dalam Ilmu Gaib (Ilm el-Ghaibat). Iapun  segera  lenyap  dari  istana  tiba-tiba   berada   di Damaskus, yang jaraknya berhari-hari dari istana itu.

Dari kota itu ia menulis surat kepada Sultan:
"Tujuh  tahun  berlalu  bagi  tuan,  se perti yang telah tuan rasakan  sendiri;  padahal  hanya  sesaat  saja  wajah  tuan tercelup   di   air.  Hal  tersebut  terjadi  karena  adanya kekuatan-kekuatan tertentu,  yang  hanya  dimaksudkan  untuk membuktikan  apa  yang  bisa terjadi. Bukankah menurut kisah itu, tempat tidur Nabi masih hangat dan kendi air itu  belum habis isinya?

Yang  penting  bukanlah terjadi atau tidaknya peristiwa itu. Segalanya mungkin terjadi. Namun, yang penting adalah  makna kenyataan  itu.  Dalam  hal tuan, tak ada makna sama sekali. Dalam hal Nabi, peristiwa itu mengandung makna."

-=l00=-

Versi ini berasal dari  naskah  bernama  Hu-Nama  "Buku  Hu" dalam kumpulan Nawab Sardhana, bertahun 1596.

Tidak ada komentar: