Ketika
tersiar kabar kalau Uwais al-Qarani telah pulang ke rahmatullah. Dan
ketika dia akan dimandikan, anehnya tiba-tiba sudah banyak orang yang
berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan
untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk
mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya.
Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga
selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya
orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin
Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku
pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke
tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi
sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah
adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qarani pada
masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)
Meninggalnya
Uwais al-Qarani telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak
terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang
tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal
Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia
dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di
situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih
dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya :
“Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qarani ? Bukankah Uwais yang
kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang
kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari
wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam
jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di
turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru
saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qarani”
ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.
Doa dan Dzikir
Dalam
diri Uwais al-Qarani, selain baktinya yang luar biasa terhadap kedua
orang tuanya dan sikap zuhudnya, adalah doa dan dzikirnya. Uwais tidak
pernah berdoa khusus untuk seseorang, tetapi selalu berdoa untuk seluruh
umat kaum muslim. Uwais juga tidak pernah lengah dalam berdzikir
meskipun sedang sibuk bekerja, mengawasi dan menggiring
ternak-ternaknya.
Doa dan dzikir bagaikan dua sisi mata
uang yang tidak dapat dipisahkan. Hakekatnya adalah satu. Sebab, jelas
doa adalah salah satu bentuk dari dzikir, dan dzikir kepada–Ku hingga ia
tidak sempat bermohon (sesuatu) kepada-Ku, maka Aku akan mengaruniakan
kepadanya sesuatu yang terbaik dari yang diminta orang yang berdoa
kepada-Ku”.
Uwais selalu bedoa untuk seluruh muslimin. Doa
untuk kaum muslim adalah salah satu bentuk perwujudan dari kepedulian
terhadap “urusan kaum muslim”. Rasulullah saw. Pernah memperingatkan
dengan keras: Siapa yang tidap peduli dengan urusan kaum muslim, maka ia
tidak termasuk umatku.” Dalam hal ini, Rasulullah saw menyatakan bahwa
permohonan yang paling cepat dikabulkan adalah doa seseorang untuk
saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan dan mendahulukan doa
untuk selain dirinya. Dan Uwais lebih memilih untuk medoakan seluruh
saudaranya seiman.
Suatu ketika Hasan bin Ali terbangun
tengah malam dan melihat ibunya, Fatimah az-Zahra, sedang khusu’ berdoa.
Hasan yang pensasaran ingin tahu apa yang diminta ibunya dalam doanya
berusaha untuk menguping. Namun Hasan agak sedikit kecewa, karena dari
awal hingga akhir doanya, ibunya, hanya meminta pengampunan dan
kebahagian hidup untuk seluruh kaum muslimin di dunia dan di akhirat
kelak. Selesai berdoa, segera Hasan bertanya kepada ibunya perihal
doanya yang sama sekali tidak menyisakan doanya untuk dirinya sendiri.
Ibunya tersenyum, lalu menjawab bahwa apapun yang kita panjatkan untuk
kebahagiaan hidup kaum muslim, hakekatnya, permohonan itu akan kembali
kepada kita. Sebab para malaikat yang menyaksikan doa tersebut akan
berkata “Semoga Allah mengabulkanmu dua kali lipat.”
Demikianlah,
berdoa untuk kaum muslim akan bergema di dalam diri yang tentu saja
akan berdampak besar dan positif dalam membangun dan meningkatkan
kualitas kehidupan spiritual seseorang. Paling tidak, doa ini akan
memupus ego di dalam diri yang merupakan musuh terbesar, juga sekalihgus
akan melahirkan dan menanamkan komitmen dalam diri “rasa Cinta”dan
“prasangka baik”terhadap mereka, yang merupakan pilar lain dari ajaran
sufi, sebagai manifestasi cinta dan pengabdian kepada Allah SWT.
Uwais
tidak pernah lengah untuk berdzikir, mengingat dan mnyebut-nyebut nama
Allah meskipun ia sedang sibuk mengurus binatang ternaknya. Ibn Qayyim
al-Jauziyyah ketika memaparkan berbagai macam faedah dzikir dalm
kitabnya “al-wabil ash-shayyab min al- kalim at-thayyib” menyebutkan
bahwa yang paling utama pada setiap orang yang beramal adalah yang
paling banyak berdzikir kepad Allah SWT. Ahli shaum yang paling utama
adalah yang paling banyak dzikirnya; pemberi sedekah yang paling baik
adalah yang paling banyak dzikirnya; ahli haji yang paling utama adalah
yang paling banyak berdzikir kepada Allah SWT; dan seterusnya, yang
mencakup segala aktifitas dan keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar