Setelah
peristiwa pertemuan antara Uwais al-Qarani dengan khalifah Umar r.a.
dan sayyidina Ali r.a., nama beliau kembali tak terdengar sampai datang
suatu kisah.
Ada seorang lelaki yang pernah bertemu dan di
tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju
tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus
dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga
air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.
Pada
saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut
berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya.
Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa
terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah
kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi
Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu
menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?” “Tidakkah engkau
melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami.
“Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! “katanya. “Kami telah
melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca
bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan
berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa
lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami
berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami
,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.
“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais
al-Qarani”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata
lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah
milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika
Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya
kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang
itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a.
Setelah Uwais al-Qarani mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke
permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan.
Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada
orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.
*****
Ketika
orang-orang Qaran mulai mengetahui kedudukan spiritualnya yang demikian
tinggi di mata Rasulullah saw, mereka kemudian berusaha untuk menemui
dan memuliakannya. Akan tetapi, Uwais yang sehari-harinya hidup penuh
dengan kesunyian ini, diam-diam meninggalkan mereka dan pergi menuju
Kufah, melanjutkan hidupnya yang sendiri. Ia memilih untuk hidup dalam
kesunyian, hati terbatas untuk yang selain Dia. Tentu saja, “kesunyian”
disini tidak identik dengan kesendirian (pengasingan diri). Hakekat
kesendirian ini terletak pada kecintaanya kepada Tuhan. Siapa yang
mencintai Tuhan, tidak akan terganggu oleh apapun, meskipun ia hidup
ditengah-tengah keramaian. Alaisa Allah-u bi Kafin abdahu?
Setelah
seorang sufi bernama Harim bin Hayyam berusaha untuk mencari Uwais
setelah tadak menemukannya di Qaran. Kemudian ia menuju Basrah. Di
tengah perjalanan menuju Basrah, inilah, ia menemukan Uwais yang
mengenakan jubah berbulu domba sedang berwudhu di tepi sungai Eufrat.
Begitu Uwais beranjak naik menuju tepian sungai sambil merapikan
jenggotnya. Harim mendekat dan memberi salam kepadanya.
Uwais : menjawab: “ Wa alaikum salam”, wahai Harim bin Hayyan.
Harim terkejut ketika Uwais menyebut namanya.
“Bagaimana engakau mengetahui nama saya Harim bin Hayyan?’ tanya Harim. “Rohku telah mengenal rohmmu”, demikian jawan Uwais.
Uwais
: kemudian menasehati Harim untuk selalu menjaga hatinya. Dalam arti
mengarahkannya untuk selalu dalam ketaatan kepada-Nya melalui mujahadah,
atau mengarahkan diri “dirinya “ untuk mendengar dan mentaati kata
hatinya.
Meski Uwais menjalani hidupnya dalam kesendirian
dan kesunyian, tetapi pada saat-saat tertentu ia ikut berpartisipasi
dalam kegiatan jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah.
Ketika terjadi perang Shiffin antara golongan Ali melawan Muawiyah,
Uwais berdiri di golongan Ali. Saat orang islam membebaskan Romawi,
Uwais ikut dalam barisan tentara Islam. Saat kembali dari pembebasan
tersebut, Uwais terserang penyakit dan meninggal saat itu juga (tahun 39
H).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar