Pertemuan Tiga Agama
Ajaran-ajaran
Rasulullah serta teladan dan bimbingan yang diberikannya telah
meninggalkan pengaruh yang dalam sekali ke dalam jiwa orang, sehingga
tidak sedikit orang yang berdatangan menyatakan masuk Islam. Dan kaum
Muslimin pun makin bertambah kuat di Madinah.
Ketika itulah orang-orang Yahudi mulai memikirkan kembali posisi mereka
terhadap Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya. Mereka dengan telah
mengadakan perjanjian dengan beliau. Mereka bermaksud merangkulnya ke
pihak mereka agar posisi mereka bertambah kuat terhadap orang-orang
Kristen.
Akan tetapi ada
seorang rabbi yang cerdik-pandai, yaitu Abdullah bin Salam yang telah
berhubungan dengan Rasulullah dan memeluk Islam, merasa khawatir akan
muncul hujatan yang dilontarkan orang-orang Yahudi jika mereka
mengetahui dirinya telah memeluk Islam. Maka di seluruh perkampungan
Yahudi itu, Abdullah mulai difitnah dan diumpat dengan kata-kata yang
tak senonoh.
Dalam hal ini, kaum Yahudi juga sepakat akan
berkomplot melawan Muhammad SAW dan menolak kenabiannya. Secepat itu
pula sisa-sisa orang yang masih musyrik dari kalangan Aus dan Khazraj
serta mereka yang pura-pura masuk Islam segera menggabungkan diri.
Kini
mulai terjadi konflik antara Rasulullah dengan orang-orang Yahudi,
yang ternyata lebih bengis dan lebih licik daripada konflik yang dulu
pernah terjadi antara beliau dengan orang-orang Quraisy di Makkah. Dalam
perang yang terjadi di Madinah ini semua orang Yahudi berdiri dalam
satu barisan menyerang Rasulullah dan risalahnya, menyerang
sahabat-sahabatnya—kaum Muhajirin dan Anshar.
Begitu memuncaknya
polemik antara orang-orang Yahudi dan kaum Muslimin itu, sehingga
acapkali—sekalipun sudah ada perjanjian antara mereka—permusuhan itu
berakhir dengan bentrok fisik.
Tak cukup dengan maksud hanya
menimbulkan insiden antara Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khazraj,
dan tidak pula cukup dengan membujuk kaum Muslimin supaya meninggalkan
agamanya dan kembali menjadi syirik, bahkan lebih dari itu orang-orang
Yahudi itu kini berusaha memperdayai Rasulullah.
Pemuka dan
pemimpin mereka datang menemui beliau dengan berujar, "Tuhan sudah
mengetahui keadaan kami, kedudukan kami. Kalau kami mengikuti tuan,
orang-orang Yahudi pun akan juga ikut dan mereka tidak akan menentang
kami. Sebenarnya antara kami dengan beberapa kelompok golongan kami
timbul permusuhan. Lalu kami datang ini minta keputusan tuan. Berilah
kami keputusan. Kami akan ikut tuan dan percaya kepada tuan."
Kemudian turunlah firman Allah: "Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah
kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah
yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS Al-Maa'idah: 49-50).
Orang-orang
Yahudi merasa sesak napas terhadap Rasulullah. Terpikir oleh mereka
untuk melakukan tipu-daya terhadap Rasulullah hingga beliau keluar
meninggalkan Madinah, seperti yang terjadi karena gangguan-gangguan
Quraisy dahulu hingga beliau dan sahabat-sahabatnya keluar meninggalkan
Makkah.
Pada waktu polemik antara Rasulullah dan orang-orang
Yahudi kian memuncak, delegasi Nasrani dari Najran tiba di Madinah,
terdiri dari enam puluh buah kendaraan. Diantara mereka terdapat
orang-orang terkemuka, orang-orang yang sudah mempelajari dan menguasai
seluk-beluk agama mereka.
Pada waktu itu penguasa-penguasa Rumawi
yang juga menganut agama Nasrani sudah memberikan kedudukan, memberikan
bantuan harta, memberikan bantuan tenaga serta membuatkan gereja-gereja
dan kemakmuran buat kaum Nasrani Najran itu.
Boleh jadi delegasi
ini datang ke Madinah hanya karena mereka sudah mengetahui adanya
pertentangan antara Nabi dengan orang-orang Yahudi, dengan harapan
mereka akan dapat mengobarkan pertentangan itu lebih hebat sampai
menjadi perang terbuka. Dengan demikian orang-orang Nasrani yang berada
di perbatasan Syam dan Yaman dapat membebaskan diri dari intrik-intrik
Yahudi dan sikap permusuhan orang-orang Arab.
Dengan datangnya
delegasi ini dan polemiknya dengan Nabi serta dibukanya kancah
pertarungan teologis yang sengit antara Yahudi, Nasrani dan Islam, maka
ketiga agama samawi sekarang berkumpul. Pihak Yahudi samasekali menolak
ajaran Isa dan Muhammad. Sedang pihak Nasrani berpaham trinitas dan
menuhankan Isa. Sebaliknya Rasulullah mengajak orang kepada keesaan
Allah.
Di manakah ada suatu pertemuan yang hakikatnya lebih besar
dari pertemuan yang kini dialami oleh Madinah? Tiga agama samawi bertemu
di tempat ini, yang hingga kini saling memengaruhi perkembangan dunia.
Di tempat ini ketiganya bertemu untuk suatu tujuan dan cita-cita yang
tinggi dan mulia. Ini bukanlah suatu pertemuan ekonomi, juga bukan
dengan suatu tujuan materi, yang sampai saat ini dikejar-kejar dunia
namun tiada juga berhasil—melainkan tujuannya adalah ruhiyah
semata-mata.
Namun dalam hal ini, dibelakang Nasrani dan Yahudi,
berdiri ambisi-ambisi politik serta keinginan-keinginan orang-orang yang
memiliki uang dan kuasa. Sebaliknya, tujuan dakwah Rasulullah adalah
ruhaniah dan perikemanusiaan semata-mata, yang jalannya telah
ditunjukkan Allah kepadanya dengan bentuk kata yang dialamatkan kepada
orang-orang Yahudi dan Nasrani serta seluruh umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar