Peristiwa Perang Badar
Kaum
Muslimin harus siap menantikan pertempuran yang sengit dan dahsyat,
yang takkan dapat dimenangkan kecuali oleh iman yang kuat memenuhi
kalbu, iman dan kepercayaan akan adanya kemenangan itu.
Ketika Ali
sudah kembali dengan kedua orang anak yang membawa berita tentang
Quraisy itu, dua orang Muslimin lainnya berangkat lagi menuju
lembah Badar. Mereka berhenti di atas sebuah bukit tidak jauh dari
tempat air, dikeluarkannya tempat persediaan airnya, dan di sini mereka
mengisi air.
Hingga keesokan
harinya kaum Muslimin masih menantikan kafilah itu akan lewat. Tetapi
setelah ada berita-berita bahwa Abu Sufyan sudah lolos dan yang masih
ada di dekat mereka sekarang adalah angkatan perang Quraisy, beberapa
orang yang tadinya mempunyai harapan penuh akan beroleh harta rampasan,
terbalik menjadi layu. Beberapa orang bertukar pikiran dengan Nabi
dengan maksud supaya kembali saja ke Madinah, tidak perlu berhadapan
dengan mereka yang datang dari Makkah hendak berperang.
Pada
pihak Quraisy juga demikian. Perlu apa mereka berperang, perdagangan
mereka sudah selamat? Bukankah lebih baik mereka kembali ke tempat
semula, dan membiarkan pihak Islam kembali ke tempat mereka. Abu Sufyan
juga berpikir begitu. Itu sebabnya ia mengirim utusan kepada Quraisy
sambil berpesan, "Kalian telah berangkat guna menjaga kafilah dagang,
orang-orang serta harta-benda kita. Sekarang kita sudah diselamatkan
Tuhan. Kembalilah!"
Tidak sedikit dari pihak Quraisy sendiri yang
juga mendukung pendapat ini. Tetapi Abu Jahal tiba-tiba berteriak, "Kita
tidak akan kembali sebelum kita sampai di Badar. Kita akan tinggal tiga
malam di tempat itu. Kita memotong ternak, makan-makan, minum-minum
khamr, dan kita minta para biduanita bernyanyi. Biar orang-orang Arab
itu mendengar dan mengetahui perjalanan dan persiapan kita. Agar mereka
tidak lagi menakut-nakuti kita."
Mereka jadi ragu-ragu, antara mau
ikut Abu Jahal karena takut dituduh pengecut, atau kembali saja
setelah kafilah perdagangan mereka selamat. Namun yang kemudian kembali
pulang hanya Bani Zuhrah, setelah mereka mendengarkan saran Akhnas bin
Syariq, orang yang cukup ditaati mereka.
Pihak Quraisy yang lain
ikut Abu Jahal. Mereka berangkat menuju ke sebuah tempat perhentian, di
tempat ini mereka mengadakan persiapan perang, kemudian mengadakan
perundingan. Lalu mereka berangkat lagi ke tepi ujung wadi, berlindung
di balik sebuah bukit pasir.
Sebaliknya pihak Muslimin, yang
sudah kehilangan kesempatan mendapatkan harta rampasan, sudah sepakat
akan bertahan terhadap musuh bila kelak diserang. Oleh sebab itum mereka
pun segera berangkat ke tempat mata air di Badar itu, dan perjalanan
ini lebih mudah lagi karena waktu itu hujan turun.
Setelah mereka
sudah mendekati mata air, Rasulullah berhenti. Ada seseorang yang
bernama Hubab bin Mundzir bini Jamuh, orang yang paling banyak mengenal
tempat itu, bertanya kepada Nabi. "Rasulullah, bagaimana pendapat anda
berhenti di tempat ini? Kalau ini sudah wahyu Tuhan, kita takkan maju
atau mundur setapak pun dari tempat ini. Ataukah ini sekedar pendapat
anda sendiri, suatu taktik perang belaka?"
"Sekedar pendapatku dan sebagai taktik perang," jawab Rasulullah.
"Rasulullah,"
katanya lagi. "Kalau begitu, tidak tepat kita berhenti di tempat ini.
Mari kita pindah sampai ke tempat mata air terdekat, lalu sumur-sumur
kering yang di belakang itu kita timbun. Selanjutnya kita membuat kolam,
kita isi sepenuhnya. Barulah kita hadapi mereka berperang. Kita akan
mendapat air minum, mereka tidak."
Melihat saran Hubab yang begitu
tepat itu, Rasulullah setuju, sambil mengatakan kepada
sahabat-sahabatnya bahwa beliau juga manusia seperti mereka, dan bahwa
suatu pendapat itu dapat dimusyawarahkan bersama-sama dan beliau tidak
akan menggunakan pendapat sendiri tanpa melibatkan mereka.
Setelah
kolam selesai dibuat, Sa'ad bin Mu'adz mengusulkan, "Rasulullah,"
katanya, "Kami akan membuatkan sebuah dangau sebagai tempat tinggalmu,
kendaraanmu kami sediakan. Kemudian biarlah kami yang menghadapi musuh.
Kalau Allah memberi kemenangan kepada kita, itulah yang kita harapkan.
Tetapi kalaupun sebaliknya yang terjadi, dengan kendaraan itu, engau
dapat menyusul teman-teman yang ada di belakang kita. Rasulullah, masih
banyak sahabat-sahabat kita yang tinggal di belakang, dan cinta mereka
kepadamu tidak kurang dari cinta kami kepadamu. Sekiranya mereka dapat
menduga bahwa engkau akan dihadapkan pada perang, niscaya mereka tidak
akan berpisah darimu. Dengan mereka, Allah menjagamu. Mereka benar-benar
ikhlas kepadamu, berjuang bersamamu."
Rasulullah sangat
menghargai dan menerima baik saran Sa'ad itu. Sebuah dangau buat Nabi
lalu dibangun. Jadi bila nanti kemenangan bukan di tangan Muslimin, ia
takkan jatuh ke tangan musuh, dan masih akan dapat bergabung dengan
sahabat-sahabatnya di Madinah.
Alangkah besarnya kecintaan para
sahabat kepada Rasulullah, dan alangkah besarnya kepercayaan mereka pada
ajaran beliau. Mereka semua mengetahui bahwa kekuatan Quraisy jauh
lebih besar dari kekuatan mereka, jumlahnya tiga kali lipat banyaknya.
Namun sungguhpun demikian, mereka sanggup menghadapi dan sanggup
melawan. Suasana yang bagaimana lagi yang lebih patut dikagumi daripada
ini? Iman mana lagi yang lebih menjamin akan memberikan kemenangan
seperti iman mereka ini?
Dan pertempuran pun dimulai. Aswad bin
Abdul Asad (Bani Makhzum) keluar dari barisan Quraisy langsung menyerbu
ke tengah-tengah barisan Muslimin dengan maksud hendak menghancurkan
kolam air yang sudah selesai dibuat. Namun Hamzah bin Abdul Muthalib
menyambutnya dengan sebuah pukulan yang mengenai kakinya, hingga ia
tersungkur. Hamzah kemudian menebaskan pedangnya, dan Aswad pun tewas di
dekat kolam.
Begitu Aswad tewas, Utbah bin Rabi'ah didampingi
oleh Syaibah, saudaranya, dan Walid bin Utbah, anaknya, maju ke
gelanggang pertempuran. Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib
dan Ubaida bin Al-Harits, menyambut mereka. Hamzah tidak lagi memberi
kesempatan kepada Syaibah, juga Ali tidak memberi kesempatan kepada
Walid, keduanya dapat mereka bunuh. Lalu keduanya segera membantu
Ubaidah yang sedang terancam oleh Utbah. Melihat kenyataan demikian,
Quraisy pun maju menyerbu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar