Pecahnya Perang Badar
Pada
pagi Jumat 17 Ramadan itulah kedua pasukan itu saling berhadap-hadapan.
Rasulullah sendiri tampil memimpin pasukan Muslimin, mengatur barisan.
Tetapi ketika dilihatnya pasukan Quraisy begitu besar, sedang anak
buahnya sedikit sekali, disamping perlengkapan perang yang sangat lemah
dibanding dengan perlengkapan Quraisy, beliau kembali ke pondoknya ditemani oleh Abu Bakar. Beliau sangat cemas dengan peristiwa yang bakal terjadi hari itu.
Rasulullah
pun menghadapkan wajahnya ke kiblat, dengan seluruh jiwanya
menghadapkan diri kepada Allah, membisikkan permohonan dalam hatinya
agar Dia memberikan pertolongan. Rasulullah tenggelam dalam doanya.
Dalam keadaan Nabi dan sahabat-sahabatnya yang demikian inilah kedua ayat ini turun: "Hai
Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua
puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan
dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar
diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang
kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.
Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa
padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang
sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan
jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta
orang-orang yang sabar." (QS Al-Anfaal: 65-66).
Keadaan kaum
Muslimin ternyata bertambah kuat setelah Rasulullah kembali dan
membangkitkan semangat mereka. Beliau turut hadir di tengah-tengah
mereka, mendorong mereka mengadakan perlawanan terhadap musuh. Beliau
menyerukan kepada mereka, bahwa surga telah menanti mereka yang terjun
ke medang perang dan terbunuh oleh musuh. Kaum Muslimin pun mengarahkan
perhatian mereka pada pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Quraisy. Kaum
Muslimin hendak mengikis habis sebagai balasan yang seimbang tatkala
mereka disiksa di Makkah dulu.
Tatkala Rasulullah melihat bahwa
Allah telah melaksanakan janji-Nya dan setelah nyata pula kemenangan
berada di pihak umat Islam, beliau kembali ke pondoknya. Orang-orang
Quraisy kabur, namun dikejar terus oleh Muslimin. Yang tidak terbunuh
dan tak berhasil melarikan diri, ditawan.
Inilah Perang Badar,
yang kemudian telah memberikan tempat yang stabil kepada umat Islam di
seluruh tanah Arab, dan yang merupakan sebuah pendahuluan lahirnya
persatuan seluruh jazirah di bawah naungan Islam.
Dengan
perasaan dongkol orang-orang Makkah lari tunggang-langgang. Mereka
sudah tak dapat mengangkat muka lagi. Bila mata mereka tertumbuk pada
salah seorang kawan sendiri, karena rasa malunya ia segera membuang
muka, mengingat nasib buruk yang telah menimpa mereka semua.
Harta Rampasan dan Tawanan Perang
Keesokan
harinya, ketika kaum Muslimin sudah bersiap-siap pulang ke Madinah,
timbullah pertanyaan seputar masalah harta rampasan perang.
Masing-masing pihak merasa berhak karena menganggap diri paling berjasa
dalam peperangan yang berakhir dengan kemenangan itu.
Rasulullah
menyuruh mengembalikan semua harta rampasan yang ada di tangan mereka,
dan dimintanya supaya dibawa agar ia dapat memberikan pendapat atau akan
ada ketentuan Tuhan yang akan menjadi keputusan.
Rasulullah
kemudian mengutus Abdullah bin Rawahah dan Zaid bin Haritsah ke Madinah
guna menyampaikan berita gembira kepada penduduk tentang kemenangan yang
telah dicapai kaum Muslimin. Sedangkan beliau sendiri dan para sahabat
berangkat pula menuju Madinah dengan membawa tawanan dan rampasan perang
yang diperolehnya dari kaum musyrik. Harta rampasan ini diurus oleh
Abdullah bin Ka'ab.
Mereka pun berangkat. Setelah menyeberangi
Shafra', pada sebuah bukit berpasir Rasulullah berhenti. Di tempat ini,
rampasan perang yang sudah ditentukan Allah bagi Muslimin itu dibagi
rata. Beberapa ahli sejarah mengatakan, pembagian kepada mereka itu
sesudah dikurangi seperlimanya sesuai dengan firman Allah: "Ketahuilah,
sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang,
maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan ibnus sabil, jika kamu beriman kepada
Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di
hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu." (QS Al-Anfaal: 41).
Sehari
sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin sampai di Madinah kedua utusannya
Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawahah sudah lebih dulu sampai.
Mereka masing-masing memasuki kota dari jurusan yang berlain-lainan. Dan
di atas unta yang dikendarainya itu Abdullah mengumumkan dan
memberikan kabar gembira kepada kaum Anshar tentang kemenangan
Rasulullah dan sahabat-sahabat, sambil menyebutkan siapa-siapa dari
pihak musyrik yang terbunuh.
Begitu juga Zaid bin Haritsah
melakukan hal yang sama sambil menunggang Al-Qashwa', unta kendaraan
Nabi. Kaum Muslimin bergembira ria. Mereka berkumpul, dan mereka yang
masih berada dalam rumah pun keluar beramai-ramai menyambut berita
kemenangan besar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar