NABI MUHAMMAD صلى الله عليه وسلم : HiStory (9)
Gua Hira’ dan Permulaan Wahyu Sang Nabi Terakhir
Mendekati
usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Muhammad
kecenderungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah menumbuhkan pada dirinya
rasa senang untuk melakukan ikhtila’ (menyendiri) di gua Hira’ (Hira’
adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota
Mekkah). Ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa
malam. Kadang sampai sepuluh malam, kadang lebih dari itu, sampai satu
bulan. Kemudian beliau kembali ke rumahnya sejenak hanya untuk mengambil
bekal baru untuk melanjutkan Ikhtila’-nya di gua Hira’. Demikianlah
Muhammad terus melakukannya sampai turun wahyu kepadanya ketika beliau
sedang melakukan ‘uzlah.
‘Uzlah dilakukan Muhammad
menjelang bi’tsah (pengangkatan sebagai Rasul) ini memiliki makna dan
urgensi yang sangat besar dalam kehidupan kaum Muslim pada umumnya dan
pada da’i pada khususnya.
Imam Bukhari meriwayatkan dari
Aisyah RA. menceritakan cara permulaan wahyu, ia berkata : "Wahyu
pertama diterima oleh Muhammad -Rasulullah SAW- dimulai dengan suatu
mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana
fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah)
untuk melakukan khalwah (‘uzlah). Beliau melakukan khalwah di gua Hira’
melakukan ibadah selama beberapa malam, kemudian pulang kepada
keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal. Demikianlah berulang kali
hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam
gua Hira’. Pada suatu hari datanglah Malaikat lalu berkata, “Bacalah“.
Beliau menjawab, “Aku tidak dapat membaca.“ Muhammad menceritakan lebih
lanjut, "Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku
merasa lemah sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi, "Bacalah“
Aku menjawab, “Aku tidak dapat membaca“ . Ia mendekati aku lagi dan
mendekapku, sehingga aku merasa tidak berdaya sama sekali, kemudian aku
dilepaskan. Ia berkata lagi, “Bacalah“ Aku menjawab, “Aku tidak dapat
membaca.“ Untuk yang ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku
hingga aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata
lagi, “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan ..
menciptakan manusia dari segumpal darah...“ dan seterusnya.
Rasulullah
segera pulang daam keadaan gemetar sekujur badannya menemui Khadijah
lalu berkata, “Selimutilah aku ... selimutilah aku ..“ Kemudian beliau
diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu beliau berkata
kepada Khadijah, “Hai Khadijah, tahukah engkau mengapa aku tadi begitu?“
Lalu beliau menceritakan apa yang baru dialaminya. Selanjutnya beliau
berkata: "Aku sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan
makhluk jin)." Khadijah menjawab :"Tidak! Bergembiralah! Demi Allah
sesungguhnya tidak akan membuat anda kecewa. Anda seorang yang suka
menyambung tali keluarga, selalu menolong orang yang susah, menghormati
tamu dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran."
*****
Khadijah
pergi menjumpai saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah
seorang penganut agama Nasrani yang sudah mengenal Injil dan
sudah pula menerjemahkannya sebagian ke dalam bahasa Arab.
Khadijah menuturkan apa yang dilihat dan didengar Muhammad.
Waraqah
menekur sebentar, kemudian berkata, "Maha Kudus Ia, Maha Kudus. Demi
Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah! Dia telah
menerima Namus Besar seperti yang pernah diterima Musa. Dan sungguh
dia adalah Nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya tetap tabah!"
Khadijah
pulang. Dilihatnya Rasulullah masih tidur. Dalam tidur yang demikian
itu, tiba-tiba ia menggigil, napasnya terlihat sesak dengan keringat
yang sudah membasahi wajahnya. Ia terbangun, manakala didengarnya
malaikat datang membawakan wahyu kepadanya: "Hai orang yang
berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Dan agungkan
Tuhanmu. Pakaianmu pun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan
kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu,
tabahkan hatimu." (QS Al-Muddatstsir: 17).
"Waktu tidur dan
istirahat sudah tak ada lagi, Khadijah," katanya. "Jibril membawa
perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak
mereka, dan supaya mereka beribadah hanya kepada Allah. Tapi
siapa yang akan kuajak? Dan siapa pula yang akan mendengarkan?"
Sesudah
peristiwa itu, pada suatu hari Rasulullah pergi akan mengelilingi
Ka'bah. Di tempat itu Waraqah menjumpainya. Sesudah Rasulullah
menceritakan keadaannya, Waraqah berkata, "Demi Dia Yang memegang hidup
Waraqah. Engkau adalah Nabi atas umat ini. Engkau telah menerima
Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa. Pastilah
kau akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan
akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku
akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah
diketahui-Nya pula."
Sekarang Rasulullah berpikir, bagaimana akan
mengajak Quraisy supaya turut beriman, padahal ia tahu benar mereka
sangat kuat mempertahankan kebatilan itu. Mereka bersedia berperang
dan mati untuk itu. Ditambah lagi mereka masih sekeluarga dan sanak
famili yang dekat.
Sementara ia dalam kekhawatiran, sesudah sekian lama terhenti, tiba-tiba datang Jibril membawa firman Allah: "Demi
pagi cerah yang gemilang. Dan demi malam bila senyap kelam.
Tuhanmu tidak meninggalkan kau, juga tidak merasa benci. Dan
sungguh, hari kemudian itu lebih baik buat kau daripada yang
sekarang. Dan akan segera ada pemberian dari Tuhan kepadamu. Maka
engkau pun akan bersenang hati. Bukankah Ia mendapati kau seorang
yatim, lalu diberi-Nya tempat berlindung? Dan Ia mendapati kau
tak tahu jalan, lalu diberi-Nya kau petunjuk? Karena itu,
terhadap anak yatim, jangan kau bersikap bengis. Dan tentang orang
yang meminta, jangan kau tolak. Dan tentang kurnia Tuhanmu,
hendaklah kau sebarkan." (QS Adh-Dhuha: 1-11)
Allah SWT
kemudian mengajarkan Rasulullah shalat, maka ia pun shalat,
Khadijah ikut pula shalat. Selain puteri-puterinya, tinggal bersama
keluarga itu Ali bin Abi Talib sebagai anak muda yang belum baligh.
Tatkala
Rasulullah dan Khadijah sedang shalat, tiba-tiba Ali menyeruak masuk.
Dilihatnya kedua orang itu sedang ruku' dan sujud serta membaca beberapa
ayat Al-Qur'an yang sampai pada waktu itu sudah diwahyukan kepadanya.
Ali berdiri tertegun, "Kepada siapa kalian sujud?" tanyanya setelah selesai shalat.
"Kami
sujud kepada Allah," jawab Rasulullah. "Yang mengutusku menjadi nabi
dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah."
Lalu
Rasulullah pun mengajak sepupunya itu beribadah kepada Allah semata,
tiada bersekutu serta menerima agama yang dibawa Nabi utusan-Nya, dengan
meninggalkan berhala-berhala semacam Lata dan Uzza. Muhammad lalu
membacakan beberapa ayat Qur'an. Ali sangat terpesona karena
ayat-ayat itu luar biasa indahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar