Sepulangnya
dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang
mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarani adalah
anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal
di langit). Mendengar perkataan baginda Rasulullah SAW, sayyidatina
‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi
sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan
segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan
sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rasulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais
al-Qarani), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah
telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina
Ali r.a. dan sayyidina Umar r.a. Dan bersabda : “Suatu ketika, apabila
kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah
penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.
*****
Rasulullah
saw menuturkan keistimewaan Uwais al-Qarani di hadapan Allah kepada
Umar r.a. dan Ali r.a. bahwa dihari kiamat nanti, disaat semua orang
dibangkitkan kembali, Uwais akan memberikan syafaat kepada sejumlah
besar umatnya, sebanyak jumlah domba yang dimiliki Rabbiah dan Mudhar
(keduanya dikenal karena mempunyai domba yang banyak). Karena itu,
Rasulullah menyarankan kepada mereka berdua agar menemuinya,
menyampaikan salam dari Rasulullah, dan meminta keduanya untuk mendoakan
keduanya.
Sebenarnya sejak Rasulullah menyarankan
keduanya untuk menemuinya, sejak itu pula keduanya selalu penasaran
ingin segera bertemu dengan Uwais. Namun hal ini terwujud setelah
Rasulullah wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq
r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar
teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarani, sang penghuni
langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali r.a. untuk
mencarinya bersama.
Setiap kali Umar maupun Ali bertemu
dengan rombongan orang-orang Yaman, ia selalu berusaha mencari tahu
dimana keberadaan Uwais dari rombongan yang ditemuinya. Namun, keduanya
selalu gagal mendapatkan informasi tentang Uwais. Barulah setalah Umar
diangkat menjadi khalifah, informasi tentang Uwais keduanya perolih dari
serombongan orang Yaman, “Ia tampak gila, tinggal sendiri dan tidak
brgaul dengan masyarakat. Ia tidak makan apa yang dimakan oleh
kebanyakan orang, dan tidak tampak susan atau senang. Ketika orang-orang
tersenyum ia menangis, dan ketika orang-orang menangis ia tersenyum”.
Demikian kata rombongan orang-orang Yaman tersebut. Mendengar cerita
orang-orang Yaman tersebut, Umar dan Ali segera berangkat menuju tempat
yang ditunjukkan oleh orang-orang Yaman tadi.
Akhirnya,
keduanya bertemu dengan Uwais di suatu tempat terpencil. Ketika itu
Uwais al-Qarani turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah.
Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah
Umar r.a. dan sayyidina Ali r.a. mendatangi mereka dan menanyakan apakah
Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada
bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota.
Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais
al-Qarani. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a.
dan sayyidina Ali r.a. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang
melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam
kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan,
Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan
kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana
pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni
langit.
Abi Naim al-Afshani menuturkan dialog yang kemudian terjadi antara Umar dan Ali dengan Uwais al-Qarani sebagai berikut:
Umar : Apa yang anda kerjakan disini ?
Uwais : Saya bekerja sebagai penggembala
Umar : Siapa nama Anda?
Uwais : Aku adalah hamba Allah
Umar : Kita semua adalah hamba Allah, akan tetapi izinkan kami untuk mengetahui anda lebih dekat lagi
Uwais : Silahkan saja.
Umar
dan Ali : Setelah kami perhatikan, andalah orang yang pernah
diceritakan oleh Rasulullah SAW kepada kami. Doakan kami dan berilah
kami nasehat agar kami beroleh kebahagiaan dunia dan di akherat kelak.
Uwais
: Saya tidak pernah mendoakan seseorang secara khusus. Setiap hari saya
selalu berdoa untuk seluruh umat Islam. Lantas siapa sebenarnya anda
berdua.
Ali : Beliau adalah Umar bin Khattab, Amirul Mu’minin, dan
saya adalah Ali bin Abi Thalib. Kami berdua disuruh oleh Rasulullah SAW
untuk menemui anda dan menyampaikan salam beliau untuk anda.
Umar : Berilah kami nasehat wahai hamba Allah
Uwais : Carilah rahmat Allah dengan jalan ta’at dan penuh harap dan bertawaqal kepada Allah.
Umar
:Terimakasih atas nasehat anda yang sangat berharga ini. Sebagai tanda
terima kasih kami, kami berharap anda mau menerima seperangkat pakaian
dan uang untuk anda pakai.
Uwais : Terimakasih wahai Amirul
mu’minin. Saya sama sekali tidak bermaksud menolak pemberian tuan,
tetapi saya tidak membutuhkan apa yang anda berikan itu. Upah yang saya
terima adalah 4 dirham itu sudah lebih dari cukup. Lebihnya saya berikan
kepada ibuku. Setiap hari saya cukup makan buah kurma dan minum air
putih, dan tidak pernah makan makan yang di masak. Kurasa hidupku tidak
akan sampai petang hari dan kalau petang, kurasa tidak akan sampai pada
pagi hari. Hatiku selalu mengingat Allah dan sangat kecewa bila sampai
tidak mengingat-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar